Jumat, 16 September 2016

CERITA RAKYAT : MALIN KUNDANG



Cerita Rakyat Sumatera Barat
Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.

Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.

Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.

Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.

Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

PENGERTIAN TASRIF



Usul Tasrif dan Bentuk – Bentuk Wajannya
Pembahasan

Pengertian Shorof/Tasrif
            Menurut pengertian bahasa (lughah), SHOROF/TASRIF ialah berubah atau mengubah.  Berubah dari bentuk aslinya kepada bentuk yang lain.
            Menurut pengertian istilah (menurut kalangan ulama’ shorof), SHOROF/TASRIF ialah berubah dari fi’il madhi (bentuk asal pertama) kepada fi’il mhdhori’, mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amar, isim makan dan terakhir sampai pada isim alat.
            Tujuan dari perubahan bentuk tersebut adalah untuk memperoleh makna yang berbeza.  Dari perubahan satu bentuk kata kepada bentuk kata yang lain dalam ilmu shorof dinamakan SHIGHOT (الصِّيْغَةُ) .
            Oleh yang demikian, ilmu yang mempelajari berbagai bentuk perubahan kata, dari asal usul kata dinamakan ILMU SHOROF.

 Jenis Tashrif

Tashrif itu ada dua macam:
  1. Tashrif Ishtilahi(تَصْرِيْفٌ اِصْطِلاَحِيٌّ)ا, yaitu perubahan kata yang didasarkan pada perbedaan bentuk katanya seperti merubah sebuah kata kerja bentuk lampau menjadi kata kerja bentuk sedang, kata kerja bentuk perintah, kata kerja bentuk larangan, dan seterusnya.
  2. Tashrif Lughawi (تَصْرِيْفٌ لُغَوِيٌّ), yaitu perubahan yang didasarkan pada jumlah dan jenis pelakunya seperti perubahan sebuah kata benda tunggal menjadi kata benda berjumlah dua, menjadi kata benda jamak, dan sebagainya.
SHIGHOT
            Shighot bererti bentuk kata.  Ada tiga jenis shighot dalam Bahasa Arab, iaitu Fi’il, Isim dan Huruf.
            Dari segi Fi’il ada empat macam shighot, iaitu:
            1. Fi’il Madhi – iaitu kata kerja lampau.
            2. Fi’il Mudhori’ – iaitu kata kerja sedang atau akan datang.
            3. Fi’il Amar – iaitu kata kerja perintah.
            4.  Fi’il Nahi – iaitu kata kerja larangan.
Dari segi Isim ada sepuluh shighot, iaitu:
            1. Mashdar – iaitu bentuk kata dasar atau kata terbitan.
            2. Mashdar Mim – iaitu mashdar yang mendapat tambahan mim.
            3. Isim Fa’il – iaitu kata nama yang menunjukkan pengertian pelaku.
            4.  Sifat Musyabbihah bismi fa’il – iaitu kata sifat yang disamakan dengan isim fa’il.
            5.  Shighot Mubalaghah – iaitu bentuk penyangatan yang biasa diertikan: Maha.
            6. Isim Tafdhil – iaitu kata nama yang mengandungi pengertian lebih.
            7. Isim Maf’ul – iaitu kata benda yang menunjukkan pengertian penderita.
            8.  Isim Makan – iaitu kata benda yang menunjukkan pengertian tempat.
            9.  Isim Zaman – kata benda yang menunjukkan pengertian waktu.
            10.Isim Alat – iaitu kata benda yang menunjukan pengertian alat.
Wazan
Yang kedua kita juga akan membahas istilah yang sering digunakan di ilmu shorof yaitu wazan. Wazan secara bahasa artinya rumus/timbangan/acuan/rumus. Di dalam mempelajari ilmu shorof, untuk mempelajari rumus perubahan, kita menggunakan wazan, dan wazan dalam bahasa arab ini menggunakan kata فَعَلَ fa'ala (fa, 'ain dan lam), ini rumus yang digunakan karna memang....wazan yang digunakan adalah fa'ala arti fa'ala yang sesungguhnya dalam bahasa arab adalah "melakukan", bahkan istilah fi'il diambil dari kata ini فَعَلَ- يَفْعَلُ-فِعْلاً.  Itulah alasan yang digunakan kenapa wazan yang digunakan adalah فَعَلَ.
Nah, wazan/rumus ini nantinya akan dijadikan acuan menentukan perubahan kata, contohnya begini :
Kata
نَصَرَ nashoro (yang artinya telah menolong) itu mengikuti wazan فَعَلَ يَفْعُلُ,  perhatikan fa'ala yaf'ulu, ketika kata نَصَرَ nashoro telah ditetapkan memiliki bentuk seperti itu (wazan/rumus fa'ala yaf'ulu) maka kita harus mengikuti perubahan kata nashoro sesuai dengan kaidah wazan fa'ala yaf'ulu berarti نَصَرَ يَنْصُرُ (nashoro yanshuru)
فَعَلَ - يَفْعُلُ menjadi نَصَرَ - يَنْصُرُ
Perhatikan :
فَعَلَ  -  يَفْعُلُ
نَصَرَ  ـ  يَنْصُرُ
Fa'ala - yaf'ulu berarti kan sebelum fa, 'ain dan lam ditambahkan يَ dan sebelum na, shod dan ro ditambahkan يَ dan huruf فَ nya disukunkan berarti ن nya disukunkan. Kemudian ع nya di dhomahkan begitu juga huruf ص nya didhommahkan, yaf'u - yanshu kemudian lam nya di dhommahkan لُ yaf'ulu berarti ر nya didhommahkan menjadi يَنْصُرُ yanshuru. Ini maksud dari wazan. Artinya jika sebuah kata telah dinyatakan masuk ke bab fa'ala yaf'ulu maka perubahannya dari fi'il madhi ke fi'il mudhorinya harus mengikuti wazan bab tersebut. Contohnya nashoro karna dinyatakan mengikuti wazan fa'ala yaf'ulu maka perubahannya nashoro yanshuru.
Contoh yang ke-2 misalkan kata dhoroba ضَرَبَ (artinya telah memukul). Dhoroba ini masuk ke wazan فَعَلَ يَفْعِلُ fa'ala yaf'ilu, maka kata dhoroba perubahannya harus mengikuti fa'ala yaf'ilu jadi dhoroba yadhribu.
Perhatikan
فَعَلَ   -  يَفْعِلُ
ضَرَبَ  -  يَضْرِبُ
asalnya ف ini ditambahkan ي dulu di depannya, kemudian ف nya disukunkan menjadi يَفْ yaf maka kata dhoroba ditambahkan ي di depannya kemudian huruf ض nya disukunkan menjadi يَضْ yadh, kemudian ع nya diberi harokat kasroh, kata dhoroba ر nya diberi harokat kasroh menjadi يَضْرِ yadhri, kemudian ل nya diberi harokat dhommah maka ب nya diberi harokat dhommah menjadi fa'ala yaf'ilu dan dhoroba yadhribu.
Ini adalah ketentuan yang harus dipenuhi, jadi ضَرَبَ dhoroba berubahnya pasti يَضْرِبُ yadhribu, tidak boleh kita katakan يَضْرُبُ yadhrubu seperti ضَرَبَ يَضْرُبُ dhoroba yadhrubu, tidak boleh juga kita katakan ضَرَبَ يَضْرَبُ dhoroba yadhrobu. Tetapi kita harus merubah suatu kata sesuai dengan wazannya. Dan kata dhoroba ini masuk dalam bab wazan فَعَلَ يَفْعِلُ fa'ala yaf'ilu sehingga perubahannya wajib ضَرَبَ يَضْرِبُ dhoroba yadhribu, tidak boleh ضَرَبَ يَضْرَبُ dhoroba yadhrobu atau ضَرَبَ يَضْرُبُ dhoroba yadhrubu.

  PEMBAHAGIAN TASRIF
            Dalam Ilmu Shorof, ulama’ shorof membahagikan tasrif kepad dua jenis, iaitu Tasrif Isthilahi  (التَّصْرِيْفُ الاِصْطِلاَحِيُّ)  dan  Tasrif Lughowi  (التَّصْرِيْفُ اللُّغَوِيُّ) 
(a)        Tasrif Isthilahi – iaitu tasrif untuk mengetahui bentuk shoghot suatu kalimat.  Ia dimulai dari shoghot fi’il madhi hingga shoghot isim alat.
            Tasrif Isthilahi yang biasa digunakan adalah seperti berikut:
ARTI
KETERANGAN SHIGHOT
SHIGHOT
Telah berbuat ia seorang laki-laki.
Fi’il Madhi.  Fi’il Madhi maksudnya perbuatan yang telah lalu.  Dalam terjemahan  biasanya menggunakan perkataan “telah”.
فَعَلَ
Sedang/akan berbuat ia seorang laki-laki.
Fi’il Mudhori’.  Fi’il Mudhori’ maksudnya perbuatan yang sedang dikerjakan atau akan dikerjakan.
يَفْعَلُ
Perbuatan
Mashdar.  Mashdar maksudnya katan nama terbitan.  Mashdar ghoiru mim (tanpa diawali mim) dan Mashdar Mim ( yang diawali dengan mim).
فَعْلاً/مَفْعَلاً
Seorang laki-laki yang berbuat.
Isim Fa’il.  Isim Fa’il maksudnya pelaku dari sesuatu pekerjaan.
فَاعِلٌ
Seorang laki-laki yang dibuat (objek)
Isim Maf’ul.  Isim Maf’ul maksudnya yang dikenai pekerjaan.
مَفْعُوْلٌ
Hendaklah engkau seorang laki-laki berbuat.
Fi’il Amar.  Fi’il Amar maksudnya perbuatan perintah. (suruhan)
أُفْعُلْ
Janganlah engkau seorang laki-laki berbuat.
Fi’il Nahi.  Fi’il Nahi maksudnya perbuatan larangan, kerana ertinya menunjukkan larangan.
لاَ تَفْعُلْ
Masa/waktu berbuat.
Isim Zaman.  Isim Zaman maksudnya nama zaman/masa, kerana menunjukkan kepada masa/waktu.
مَفْعَلٌ
Tempat berbuat.
Isim Makan.  Isim Makan maksudnya nama tempat, kerana menunjukkan kepada tempat.
مَفْعَلٌ
Alat untuk berbuat.
Isim Alat.  Isim Alat maksudnya nama alat atau perkakas.
مِفْعَلٌ


Tasrif Lughowi – iaitu tasrif untuk mengetahui pelakunya (dhomirnya) dari seduatu kalimat tersebut.  Ia juga merupakan lanjutan dari tiap-tiap tasrif isthilahi.
            Tasrif Lughowi adalah seperti berikut:

ARTI
FI’IL
DHOMIR
Telah berbuat ia seorang laki-laki.  Mengandungi dhomir هُوَ :
فَعَلَ
هُوَ (مفرد مذكّر غائب)
Telah berbuat mereka berdua orang laki-laki.  Mengandungi dhomir:  هُمَا
فَعَلاَ
هُمَا (تثنية مذكّر غائب)
Telah berbuat mereka banyak laki-laki.  Mengandungi dhomir:  هُمْ 
فَعَلُوْا
هُمْ (جمع مذكرّ غائب)
Telah berbuat ia seorang perempuan.  Mengandungi dhomir:  هِيَ
فَعَلَتْ
هِيَ (مفردة مؤنّث غائبة)
Telah berbuat mereka berdua perempuan.  Mengandungi dhomir:  هُمَا
فَعَلَتَا
هُمَا (تثنية مؤنّث غائبة)
Telah berbuat mereka banyak perempuan.  Mengandungi dhomir:  هُنَّ
فَعَلْنَ
هُنَّ (جمع مؤنّث غائبة)
Telah berbuat kamu seorang laki-laki.  Mengandungi dhomir:  أَنْتَ
فَعَلْتَ
أَنْتَ (مفرد مذكّر مخاطب)
Telah berbuat kamu berdua orang laki-laki.  Mengandungi dhomir:  أَنْتُمَا
فَعَلْتُمَا
أَنْتُمَا (تثنية مذكّر مخاطب)
Telah berbuat kamu banyak laki-laki.  Mengandungi dhomir:  أَنْتُمْ
فَعَلْتُمْ
أَنْتُمْ (جمع مذكّر مخاطب)
Telah berbuat kamu seorang perempuan.  Mengandungi dhomir:  أَنْتِ
فَعَلْتِ
أَنْتِ (مفرد مؤنث مخاطبة)
Telah berbuat kamu berdua orang perempuan.  Mengandungi dhomir:  أَنْتُمَا
فَعَلْتُمَا
أَنْتُمَا (تثنية مؤنث مخاطبة)
Telah berbuat kamu banyak perempuan.  Mengandungi dhomir:  أَنْتُنَّ
فَعَلْتُنَّ
أَنْتُنَّ (جمع مؤنث مخاطبة)
Telah berbuat aku laki-laki/perempuan.  Mengandungi dhomir :  أَنَا
فَعَلْتُ
أَنَا (متكلّم وحده)
Telah berbuat kami/kita laki-laki/perempuan.  Mengandungi dhomir:  نَحْنُ
فَعَلْنَا
نَحْنُ (متكلّم مع الغير)





































Kesimpulan
Tashrif sendiri adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Tashrif ada 2, ada tashrif isthilahiy dan ada tashrif lughowiy.
Tashrif isthilahiy adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari fi'il madhi menjadi fi'il mudhori, menjadi isim mashdar, isim fa'il, isim maf'ul, fi'il amr, fi'il nahi, isim makan, isim zaman dan isim alat (perubahan satu kata (fi'il madhi) menjadi 10 bentuk)
Sedangkan tashrif lughowiy adalah perubahan satu bentuk kata yang sama tetapi berdasarkan isim dhomir atau nanti jumlah dan jenisnya berbeda.
Ini definisi tashrif isthilahiy dan tashrif lughowiy.
Sedangkan wazan adalah rumus yang digunakan sebagai acuan, hingga ketika suatu kata dikatakan masuk ke rumus (masuk ke wazan) maka kata tersebut wajib mengikuti perubahan kata wazan tersebut.












Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin








Makalah Masa Pra Aksara



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kehidupan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan disebut juga dengan kehidupan masyarakat Indonesia Pra aksara, manusia yang hidup pada zaman pra aksara belum mengenal tulisan, akibatnya generasi selanjutnya serta para peneliti tidak mungkin mengharapkan adanya bukti bukti tertulis mengenai kehidupan mereka, karena mereka hanya meninggalkan benda - benda kebudayaan.
Presiden Soekarno pernah mengatakan , ”jangan sekali kali meninggalkan sejarah, ini membuktikan pentingnya masa lalu atau sejarah tidak hanya mengacu pada kehidupan berbangsa saja”, menurut ilmu psikologi masa lalu tidak bisa dilupakan tetai harus diolah, dievaluasi yang hasilnya berupa rekonsiliasi/perdamaian  dengan diri sendiri, perdamaian dalam hidup kelompok, masa lalu ialah kekayaan & pedoman yang sungguh berharga untuk hidup pada masa kini & yang akan datang. Begitu juga dengan masa pra aksara.
Sebagai generasi muda kita dituntut untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana perkembangan manusia pada masa pra aksara. Hal ini bertujuan agar kita tidak hanya belajar begaimana berkompetisi untuk masa depan tetapi juga bagaimana untuk mengolah kembali masa pra aksara dengan berbagai teknologi yang telah ada pada masa itu.
Berdasarkan latar belakang itu,  maka penulis terdorong untuk membuat karya tulis ini yang mana membahas mengenai perkembangan teknologi manusia purba pada masa pra aksara di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagimana perkembangan teknologi pada masa pra aksara di Indonesia ?
2.      Apa contoh dari perkembangan teknologi zaman pra aksara di Indonesia ?
3.      Dimanakah daerah di temukannya alat – alat sebagai perkembangan teknologi  manusia purba di Indonesia ?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari karya tulis ini, yaitu :
1.      Mengetahui perkembangan teknologi pada masa pra aksara di Indonesia.
2.      Mengetahui contoh – contoh dari perkembangan teknologi di Indonesia.
3.      Mengetahui daerah ditemukannya alat – alat sebagai perkembangan teknologi manusia purba di Indonesia.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Untuk menambah pengetahuan kita sebagai siswa mengenai perkembangan teknologi pada masa pra aksara.
2.      Agar masyarakat juga mengetahui bagaimana teknologi pada masa pra aksara.
3.      Agar kita sebagai masyarakat dapat menjaga dengan baik benda – benda dari masa pra aksara untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

E.     Metode Penulisan
Penulisan ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena secara tepat terhadap sifat-sifat tertentu suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau menentukan frekuensi hubungan tertentu antara gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini juga dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan meneliti berbagai pendapat yang berkaitan objek yang diteliti oleh penulis.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Masa Pra Aksara
Pra aksara atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman pra aksara dapat dikatakan permulaan terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di saat kehidupan manusia di Bumi yang belum mengenal tulisan.
Batas antara zaman pra aksara dengan zaman aksara adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa pra aksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan aksara adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman pra aksara atau dimulainya zaman aksara untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman aksara. Zaman pra aksara di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era aksara.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra aksara didapat dari artefak - artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs pra aksara.

B.     Pengertian Teknologi
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir.

C.    Perkembangan Teknologi Masa Pra Aksara di Indonesia
Perlu kamu ketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya paralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya serta bersifat trial dan eror. Mula – mula mereka hanya menggunakan benda – benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, pad ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era pra-aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu, Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum serta zaman logam yaitu perunggu dan besi

D.    Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal. Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
1.      Paleolitikum atau Zaman Batu Tua
Paleotikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa.
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh. Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah ada: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus)
2.       Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah
Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Zaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).
Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.[3] Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.
3.      Neolitikum
Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah fase atau tingkat kebudayaanpada zaman pra aksara yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.

4.      Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.



Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :


a)      Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
b)      Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.

Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:


a)      Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.


b)     Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.

c)      Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.


d)     Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.

Di Indonesia, beberapa etnik masih memiliki unsur-unsur megalitik yang dipertahankan hingga sekarang.



a)   Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.


b)   Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan.


c)    Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.


E.     Zaman Logam
Di Eropa zaman logam ini mengalami 3 fase, zaman tembaga, perunggu, dan besi. Sedangkan di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II mengenai perkembangan teknologi pada masa pra aksara di Indonesia, kami dapat menyimpulkan :
1.      Perkembangan teknologi pada masa pra aksara di Indonesia di bagi dalam 3 masa yaitu Peleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, Meegalitikum, dan zaman logam.
2.      Perkembangan teknologi/ kebudayaan dari ketiga masa itu, yaitu kebudayaan pacitan, Kebudayaan Ngandong, kebudayaan Kjokkenmoddinger, kebudayaan abris sous roche, mengenal api, kebudayaan kapak peregi, kebudayaan kapak lonjong, perkembangan zaman logam, dan konsep ruang pada hunia.
3.      Persebaran dari penemuan teknologi atau kebudayaan pada masa pra aksara yaitu Sumatera Selatan, Bali, Flores, Sulawesi Selatan, dan Timor, Nusa Tenggara, Halmahera, Bojonegoro dan Jawa Timur.

B.     Saran

1.      Karya tulis mengenai manusia purba ini masih memiliki kekurangan. Namun ini adalah usaha belajar dari kelompok kami untuk memahami dan mengenal sejarah kehidupan manusia yang ada di Indonesia. Karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca.
2.      Agar sebagai generasi muda kami tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa pra aksara ketika manusia purba hidup di Indonesia dan bagimana perkembangan teknologi atau kebudayaannya.. 


DAFTAR PUSTAKA

http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-teknologi-pada.html